28 November 2008

Mengubah pola pikir yang kurang tepat

Saat membuka lembaran-lembaran salah satu tabloid mingguan, saya tertarik menyimak dan merenungkan isinya. Isinya yang singkat, padat, tapi berisi ini membuat saya hanyut dalam permenungan. Kisah perumpamaan yang menyadarkan saya tentang suatu hal, hidup itu memang sebuah perjuangan. Perjuangan melawan sesuatu yang sangat sulit ditaklukan, yakni diri kita sendiri. Saat kita sudah menjadikan diri kita sendiri sebagai kawan maka hidup akan terasa lebih enjoy. Kisah yang akan saya bagikan ini akan mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita untuk bisa berubah menjadi lebih baik, menjadi pribadi yang lebih berkualitas, jika anda tertarik silakan lanjutkan membaca.

Ada cerita tentang seekor anak elang yang bercampur dengan anak ayam (tidak diceritakan bagaimana bisa tercampurnya). Anak elang tersebut hidup diantara anak ayam, ia menganggap induk ayam itu adalah induknya juga. Dalam pikirannya yang ada dia adalah seekor ayam. Hari-harinya dilalui bersama dengan ayam yang lain. Sebagai seekor ayam ia mencari makan sama seperti yang lain, mencari-cari cacing di tanah, atau makanan-makanan yang ada di sana dengan cakarnya. Ia terbang beberapa kaki seperti layaknya ayam yang lain. Ia berkokok seperti ayam. Sampai pada suatu saat ia melihat ke langit seekor burung yang sedang berputar-putar dengan anggunnya. Bulunya yang hitam keemasan menambah penampilannya yang perkasa. Kemudian elang ini bertanya kepada teman-temannya: "Binatang apakah itu yang di atas?" kemudian ayam yang lain menjawab : "Itu burung elang, ia hidup dengan terbang di langit, sedang kita ayam hidupnya di tanah." "Oo .. jadi itu elang" kata elang itu. Kemudian hari-harinya ia teruskan dengan tetap menjadi seekor ayam. Ia terlahir dan mati sebagai seekor ayam.

Dari cerita singkat ini saya yakin anda pun sudah tahu apa arti dibalik perumpamaan ini. Jika kita hidup dalam satu pikiran dan tidak mau melihat lebih dalam maka kita hanya akan menjadi seperti elang yang berada dalam lingkungan ayam sehingga mengubah pola pikirnya menjadi seekor ayam. Lalu siapakah yang salah? Nasib, peruntungan, atau takdir? Selama kita terjebak pada satu pola pikir yang tidak tepat (soalnya belum tentu salah) maka kita akan terjerumus pada satu keadaan yang tidak tepat juga. Seandainya elang itu kemudian sadar bahwa dirinya elang maka pasti ia akan berusaha merubah pola pikirnya, ia akan berusaha mengubah cara hidupnya, dan itu tentunya tidak akan mudah. Sama halnya seperti kita, jika kita sudah tahu ada yang salah dalam diri kita, apakah kita mau berubah atau tidak itu tergantung kita sendiri, dan pastinya perubahan itu tidak semudah saat mengucapkannya. Mau seperti elang yang berpola seperti ayam atau tidak itu pilihan kita sendiri. Siapkah kita untuk berubah ke arah yang lebih baik?